Mei 2013

Buddha Dharma Tidak Terbatas

Luasnya ajaran Buddha bagaikan latan tak bertepi, bermanfaat bagi manusia, dan para dewa-dewi dan juga bermanfaat bagi makhluk yang terlahir di 3 alam penderitaan. Siapapun yang mengamalkannya dengan sungguh-sungguh maka beruntunglah dia.

Dharma yang tertulis dalam buku atau majalah selalu merupakan tulisan yang selaras dengan kebajikan dan tujuan yang murni. Dengan mempraktekkan ajaran Sang Buddha yaitu Delapan Jalan Kebenaran akan membebaskan orang itu dari roda samsara atau roda kelahiran dan kematian.

Karena dengan melaksanakan Delapan Jalan Kebenaran akan mampu membersihkan bathin ini dari kebencian, keserakahan dan kebodohan yang merupakan 3 akar penderitaan manusia. Delapan Jalan Kebenaran merupakan Jalan yang di berikan Sang Buddha, ditunjukan pada murid-murid seliau seperti bikkhu Ananda, Sariputta, Mogallana, Sivali, Kassapa, Subhuti, Rhula dan para umat terdahulu.

Pada umumnya umat Buddha telah mengerti dengan Pancasila atau 5 larangan :
1.  Tidak membunuh
2.  Tidak mencuri
3.  Tidak berasusila
4.  Tidak berbohong
5.  Tidak bermabukan

Dengan adanya pantangan ini atau Pancasila ini akan melindungi umat dari akibat buruk atau karma buruk.

Bagi anda yang telah mengalami begitu banyak penderitaan dalam hidup ini atau gagal dalam berusaha/ berbisnis kenapa tidak mencoba mempraktekan ajaran Buddha. Benar-benar bermanfaat bagi siapapun yang ingin melaksanakannya dengan baik   Setiap kesusahan atau kesulitan dalam hidup ini sesungguhnya merupakan bagian dari karma pribadi masing-masing yang telah kita tanam pada masa yang lampau.  Segala sesuatu yang terjadi pada kita, suka dan duka, hina mulia, kaya dan miskin, sehat atau sakit bukankah itu semua adalah buah dari perbuatan yang telah kita tanam pada masa yang lampau.

Hari ini bisa mengerti dan telah memahami Dharma ajaran Sang Buddha harus benar-benar tulus mengamalkan ajaran Sang Buddha, 1. Bakti dan Hormat pada orang tua yang telah melahirkan dan membesarkan kita, 2. Berbakti pada keluarga, 3. Berbakti pada masyarakat.


Manfaat Berdana Paramita bagi umat Buddha



Perbuatan yang baik dan patut di lakukan oleh umat Buddha, salah satunya adalah berdana.

Berdana merupakan suatu sifat kemuliaan yang sangat ditekankan dalam berbagai aliran Buddhisme. Berdana yang dilakukan dengan keyakinan, penuh hormat, secara tepat waktu, ikhlas dan tanpa merugikan diri sendiri ataupun pihak lain akan menghasilkan buah karma yang baik berupa kemakmuran, kekayaan, dan harta benda yang berlimpah, sebagaimana sabda Sang Buddha pada Anguttara Nikaya Vol. III, 48)

“Oh, para bhikhu, kelima hal ini adalah dana dari seorang yang baik. Apakah kelima hal itu ? Ia berdana dengan keyakinan ; ia berdana dengan hormat; ia berdana tepat pada waktunya; dengan hati ikhlas; dan ia berdana tanpa merugikan dirinya sendiri ataupun pihak lain.”

“Dengan memberikan dana dengan keyakinan dimanapun juga, dan jika buah dari dana tersebut masak, maka akan datanglah kemakmuran, kekayaan, dan harta benda yang berlimpah; serta ia akan elok dipandang, tampan/cantik, bagaikan keindahan bunga teratai yang mengagumkan.”

“Dengan berdana secara hormat dimanapun juga, dan jika buah dari dana tersebut masak, maka ia akan memperoleh kemakmuran , kekayaan, dan harta benda yang berlimpah; dan anak-istrinya, para pesuruh dan pegawainya akan mendengarkan kata-katanya dengan sabar dan patuh, serta akan melayaninya dengan hati yang penuh pengertian.”

“Dengan berdana secara tepat waktu dimanapun juga, dan jika buah dari dana tersebut masak, maka ia akan memperoleh kemakmuran, kekayaan, dan harta benda yang berlimpah; dan kebaikan akan datang kepadanya tepat pada waktunya dan berlimpah ruah.”

“Dengan berdana secara ikhlas dimanapun juga, dan jika buah dari dana tersebut masak, ia akan memperoleh kemakmuran, kekayaan, dan harta benda yang melimpah; dan pikirannya akan menikmati sepenuhnya kebahagiaan dari kelima panca inderanya.”

“Dengan berdana tanpa merugikan diri sendiri maupun pihak lain dimanapun juga, dan jika buah dari dana tersebut masak, ia akan memperoleh kemakmuran, kekayaan, dan harta benda yang berlimpah; dan tidak akan ada dari manapun juga sesuatu yang akan merugikan harta bendanya ; baik api atau air, pemerintah atau pencuri, atau ahli waris yang berwatak buruk.”

Berdana tidak hanya ditinjau dari sudut materi saja tetapi juga bisa dari pembicaraan yang ramah, senyuman yang tulus, budi pekerti yang menyenangkan, dan memberikan pengertian yang benar mengenai ajaran Sang Buddha.

“Memberi makanan, seseorang memberikan kekuatan; memberi pakaian, seseorang memberikan keindahan; memberi penerangan, seseorang memberikan penglihatan; memberi angkutan, seseorang memberikan kesenangan; memberi perlindungan, seseorang memberikan semuanya; tetapi seseorang yang mengajarkan Dharma, ajaran Sang Buddha yang istimewa, orang seperti itu memberikan makanan surgawi.” (Samyutta Nikaya, I, 32)

“Kedermawanan, perkataan yang ramah, melakukan hal yang baik untuk orang-orang lain, dan memperlakukan semua orang secara sama; bagi dunia, tali-tali simpati ini bagaikan penyambung roda kereta.” (Anguttara Nikaya, Vol. 32)

Tentunya dalam berdana secara materi kepada yang membutuhkan , haruslah sumber dana tersebut diperoleh dari usaha sendiri yang dihimpun secara benar.

“Dengan kekayaan yang dihimpun secara benar, yang diperoleh melalui usaha sendiri, ia membagikan makanan dan minuman kepada makhluk-makhluk yang membutuhkan.” (Itivuttaka, 66)

Untuk dapat menghimpun dana secara benar, maka kita haruslah giat dalam bekerja dan senantiasa mengumpulkan bekal secara benar sewaktu masih muda, sebagaimana sabda Sang Buddha:

“Mereka yang tidak menjalankan kehidupan suci serta tidak mengumpulkan bekal (kekayaan) selagi masih muda , akan merana seperti bangau tua yang berdiam di kolam yang tidak ada ikannya. Mereka yang tidak menjalankan kehidupan suci serta tidak mengumpulkan bekal (kekayaan) selagi masih muda, akan terbaring seperti busur panah yang rusak, menyesali masa lampaunya.” (Dhammapada, 155, 156).

Dengan senantiasa berdana yang terbaik dalam segala hal maka akan terbina sifat kemuliaan yang tak terkira.
“Yang memberikan hal-hal yang baik akan memperoleh yang baik;

Yang memberikan hal-hal yang terbaik akan memperoleh yang terbaik;

Yang memberikan hal-hal yang terpilih akan menerima yang terpilih;

Yang memberikan hal-hal yang utama maka keutamaan akan dimenangkannya;

Ia yang memberikan yang terbaik, yang terpilih, yang utama

maka orang itu akan mempunyai kemuliaan dan umur panjang dimanapun juga ia berada.” (Anguttara Nikaya, vol . III, 44)

Sang Penolong Sejati Adalah Penolong Tanpa Pamrih

Bob Butler kehilangan kakinya terkena ranjau di Vietnam th 1965. 20th kemudian, ia membuktikan bahwa kepahlawanannya berasal dari HATI.

Ketika Butler sedang bekerja di rumahnya di Arizona, ia mendengar jeritan seorang wanita dari sebuah rumah di dekatnya. Ia mulai menggulirkan kursi rodanya menuju rumah tersebut, tapi semak-semak membuatnya tidak bisa masuk. Lalu ia turun dari kursi rodanya & merangkak melewati semak-semak tsb. “Aku harus kesana, tidak peduli betapa sakitnya” katanya.

Saat Butler tiba di kolam renang, ada seorg gadis 3 th, Stephanie Hanes, tercebur ke dalamnya. Ia lahir tanpa lengan & jatuh ke dalam kolam tsb. Ibunya berdiri berteriak panik. Butler terjun ke dasar kolam & membawanya naik. Wajah Stephanie membiru, tdk ada denyut & tdk bernapas. Butler segera lakukan pernapasan buatan.

Sementara, si Ibu menelepon paramedis. Karena tak berdaya, ia menangis & memeluk bahu Butler. Butler meyakinkan si Ibu. "Jangan khawatir, sy sudah jadi tangannya utk keluar dr kolam renang. Kini, sy menjadi paru²nya"

Beberapa saat kemudian gadis kecil itu batuk-batuk, sadar kembali & mulai menangis. Si ibu langsung memeluk anaknya. Sambil berpelukan, si Ibu bertanya pada Butler "Bagaimana Anda tahu kalau anakku akan baik² saja?"

“Saya tidak tahu” katanya. “Tapi ketika kaki saya meledak di Vietnam, saya sendiri. Tidak ada seorangpun di sana yang membantuku, kecuali seorang gadis Vietnam. Ia berjuang menyeretku ke desanya, ia berbisik dalam bahasa Inggris yg terpatah-patah, 'Tidak apa-apa, Anda dapat hidup lagi. Saya akan jadi kaki Anda'. Kata-kata itulah yg membawa harapan bagi jiwa saya. Saya ingin lakukan hal yang sama untuk dia.“

Ada saat-saat ketika kita tidak bisa berdiri sendiri. Ada saat-saat ketika kita butuh seseorang untuk jadi kaki kita, tangan kita, teman kita.
Ada saatnya kita jadi kaki dan tangan utk org lain.

Maka, selalulah JADI PENOLONG!
Pastikan hidup kita berdampak utk org lain. That's REAL LIFE.

Semangat

Buddha Bless You

10 Perbuatan Baik Menurut Pandangan Buddhis


Dharma Ajaran Sang Buddha benar-benar memberikan manfaat yang nyata, seperti yang akan kita uraikan ini, 10 Perbuatan Baik menurut Pandangan Buddhis ataupun menurut Ajaran Sang Buddha diuraikan sebagai berikut :

1. Berdana (Dana)
2. Bermoral atau Budi peperti yang baik (Sila)
3. Meditasi (Bhavana)
4. Menghormati orang yang patut di hormati (Apacayana)
5. Melayani orang yang patut dilayani (Veyyavacca)
6. Pemberian jasa (Pattidana)
7. Turut berbahagia bersuka cita atas kebaikan orang lain (Pattanumodana)
8. Mendengarkan Dhamma (Dhamma Savanna)
9. Membabarkan Dhamma (Dhamma Desana)
10. Mengarahkan Pandangan yang benar (Ditthijju kamma)

Dengan meninggalkan segala perbuatan yang buruk dan jahat, serta mengamalkan 10 perbuatan baik ini, merupakan dasar bagi kita untuk mempraktekkan ajaran Sang Buddha, karena tidak semua orang tahu manfaat dari praktek atau mengamalkan 10 perbuatan baik ini.

Praktek dari 10 Perbuatan baik ini akan menyebabkan tertanamnya benih-benih karma baik bagi orang yang mempraktekannya dengan sungguh-sungguh, dan karma baik ini akan berbuah pada masa yang akan datang, bisa dalam kehidupan ini ataupun pada kelahiran yang akan datang.







Lestarikan Bumi Tempat Tinggal Kita



Hubungan manusia dengan alam telah mengalami perubahan, walau pada dasarnya alam telah ada sejak ribuan atau jutaan tahun yang lampau. Pada saat sekarang ini perubahan suhu udara yang sangat cepat dan udara yang panas yang sering membuat sebagian besar orang-orang menderita berbagai macam penyakit, mengalami berbagai bencana alam seperti gempa bumi, badai angin topan dan lainnya. 

Menunjukan kita tidak menjaga hubungan yang baik dengan alam semesta dengan Bumi yang kita tempati ini. Bumi yang saat ini kita tempati saat ini butuh perhatian dari kita semua. Bumi ini mengalami perubahan yang begitu cepat dalam 20 tahun ini sehingga terjadinya bencana gempa dan tsunami berkali-kali itu sudah membuat kerugian yang begitu besar bagi umat manusia.  

Penebangan pohon secara liar dan tanpa menanam kembali merupakan proses pengrusakan alam, mempercepat panasnya suhu udara Bumi, pembakaran lahan, pemborosan energy listrik, konsumsi makanan daging yang berlebihan, serta pencemaran udara melalui asap pabrik, asap rokok, asap kendaraan dan sebagainya. Itu semua mengarah pada titik kehancuran Bumi.  Jika begini terus yang terjadi apa yang bisa kita wariskan pada anak cucu manusia. Berkah atau Bencana?

Lestarikan alam bumi ini , agar kita semua bisa terhindar dari segala bencana alam, dan anak cucu manusia bisa terus bertahan di bumi ini, karena setiap anak manusia pada dasarnya adalah satu keluarga, Dunia Satu Keluarga.  Saling mengingatkan sesama kita agar  semua bisa mencintai alam bumi ini, dan bersama-sama mendukung kelestarian alam, melalui kegiatan daur ulang seperti kardus, plastic, besi, dan sebagainya. 

Lestarikan alam bumi ini agar kondisi bumi yang sakit ini bisa segera pulih dan normal, hidup Vegetarian adalah salah satu cara agar bumi bisa sehat kembali, jangan lagi buang sampah sembarangan, atau membakar sampah, ataupun jangan lagi boros dalam pemakaian listrik, serta belajar hemat memakai produk elekronik. Melalui perbuatan seperti ini kita semua belajar mencintai alam, melestarikan alam.


“Jadilah Pribadi Yang Mendukung Kelestarian Alam dan kita Wujudkan Dunia Satu Keluarga”


EMPAT KESUNYATAAN MULIA

EMPAT KESUNYATAAN YANG MULIA

Sang Bhagava berkata kepada para bhikkhu, demikian:
“Penderitaan itu disebabkan oleh ketidaksadaran. Oleh karena tidak mampu menembus ke Empat Kesunyataan Mulia itu, menyebabkan perjalanan ini menjadi sangat lama, yang merupakan kelahiran dan kematian silih berganti seperti yang dialami olehku dan juga olehmu. Apakah keempat hal itu? Hal itu adalah Kesunyataan Mulia mengenai Penderitaan, Kesunyataan Mulia tentang asal Mula Penderitaan, Kesunyataan Mulia tentang lenyapnya Penderitaan dan Kesunyataan Mulia tentang jalan yang menuju pada lenyapnya Penderitaan.

Tetapi sekarang, jika semua ini telah diamalkan dan telah ditembus, juga keinginan untuk tumimbal lahir telah diputuskan maka berhentilah segala sesuatu yang menuju pada pembentukan kembali segala sesuatu dan tidak akan ada kelahiran baru lagi.”

Demikianlah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, selanjutnya berkata: “Oleh karena tidak mengerti akan Empat Kesunyataan Mulia itu, maka akan menjadi panjanglah jalan yang menjemukan, yang merupakan rangkaian tumimbal lahir yang terus menerus. Apabila kesemuanya ini disadari, maka diketahuilah sebab musabab dari kelahiran kembali itu. Penderitaan akan dapat diatasi, maka berakhirlah kelahiran kembali.”

Begitu pula, di Kotigama Sang Bhagava sering memberi nasehat kepada para bhikkhu: “Ini adalah kebajikan moral (sila), ini adalah meditasi (samadhi) dan ini adalah kebijaksanaan (panna). Besar sekali pahala dan kemajuan bila meditasi dikembangkan berdasarkan pada sila yang baik. Besar sekali pahala dan kemajuan bila kebijaksanaan dikembangkan berdasarkan pada meditasi (samadhi) yang baik. Batin yang dikembangkan berdasarkan pada kebijaksanaan yang baik akan bebas dari kotoran batin seperti nafsu indria (kamasava), nafsu untuk ‘menjadi’ (bhavasava) dan pandangan salah (ditthasava).”

Postingan Lebih Baru Postingan Lama